admasyitoh.com

Kenapa sih Harus Pakai Clodi?

42 comments
clodi, cloth diaper, berclodi
"Duh, aku nggak sanggup nyucinya. Sebetulnya kepengen, tapi kayaknya nggak sempat nyuci. Ribet juga 'kan perawatannya."

Begitulah kira-kira celetuk sepupu saya ketika ia mendapati saya sedang mengganti clodi si kecil. Mungkin ia tidak sengaja memperhatikan bagaimana saya melakukannya, lalu secara tidak sadar meluncurkan komentar yang membuat saya sedikit patah hati. Entah saya baper atau lebay, tetapi kalimatnya terkesan memojokkan saya sebagai clothdiapering mom atau mama berclodi. 

Sebetulnya kami sama. Sama-sama ibu baru. Anak kami pun usianya tidak jauh selisihnya. Tetapi ada satu perbedaan nyata di antara kami. Saya mama berclodi. Ia bukan. Popok sekali pakai (pospak) atau pampers adalah pilihan hidupnya. 

Apakah ia salah karena memilih pampers? Tidak. Ia tidak salah sama sekali. Saya tidak pernah merendahkan atau menganggap hina pada mereka yang belum berclodi. Saya pun kadang kala masih curang dengan memakai pospak karena kondisi. 

Tulisan ini bukan bertujuan untuk memandang sebelah mata para mama yang belum berclodi. Bukan untuk men-judge mereka yang masih memakai popok plastik. Tetapi untuk meyakinkan para mama dan calon mama tentang memilih berclodi atau tidak. Tentang alasan kuat yang memotivasi saya untuk menempuh jalan yang berbeda dengan sepupu saya tadi. 

Saya hanya merasa gusar dan tergelitik dengan komentarnya. Padahal ia belum pernah mencoba. Ia belum pernah menjalani atau merasakannya. Masih sebatas membayangkan. Tetapi komentarnya sudah membangun kesan negatif tentang clodi. 

Saya tidak ingin memaksa semua orang untuk berclodi, tidak... Karena berclodi adalah salah satu keputusan besar dalam proses pengasuhan buah hati. Yang tentu saja bergantung pada keyakinan setiap orang tua dan tidak bisa dipaksakan. Setiap keputusan orang tua atas anaknya pasti sudah melalui berbagai pertimbangan, karena itu harus dihormati dan dihargai. 

Namun, izinkalah saya berbagi cerita dan pengalaman berclodi ini kepada siapa saja yang barangkali sedang mencari referensi maupun pembenaran tentang 'kenapa saya harus berclodi?'

'Big Why' Memutuskan Harus Berclodi

Alasan atau tujuan adalah dasar dari segala keputusan yang kita buat. Alasan utama atau big why sudah cukup menjadi modal bagi kita dalam mengerjakan sesuatu. Termasuk berclodi. 

Perjalanan saya menemukan big why ini bukan waktu yang singkat. Apa yang dikatakan sepupu saya tidak salah.

Faktanya, pampers memang memiliki daya tarik yang begitu memikat dan tidak dimiliki oleh clodi. Pampers jauh lebih praktis daripada clodi. Tidak butuh dicuci dan dirawat. Penuh atau kotor ya tinggal buang! Praktis sekali. Siapa yang tidak tergoda dengan kepraktisan ini. Apalagi harganya juga tak mahal-mahal amat. 

Tetapi ternyata berpampers tidak membuat saya bahagia atau lega sepenuhnya. Sebab, dalam realitanya berpampers sebetulnya tidak berakhir dengan membuangnya di tempat sampah. 

Dulu ketika kuliah di departemen Kimia, saya tahu betul pampers-pampers ini nasibnya berakhir di TPA (tempat pembuangan akhir), lalu tidak terkelola dengan baik. Atau lebih parah lagi, terdampar di sungai dan lautan, lalu mencemari lingkungan. 

"Meskipun praktis, tetapi membuang sampah pampers tidak seenteng itu. Ada rasa bersalah dan berdosa ketika saya melakukannya. Ada rasa sesal di setiap kantong pampers yang saya buang begitu saja."

Inilah yang membulatkan tekad saya untuk berclodi. Saya tidak ingin dihantui rasa bersalah setiap kali membuang sampah pampers si kecil. Biarlah saya lelah sedikit, karena harus mencuci clodi. Tetapi saya lega, karena tidak membuang sampah--yang sulit sekali diuraikan--kepada Bumi yang saya tinggali. 

Alasan-alasan yang Memotivasi Keputusan Berclodi

Jika kamu merasakan hal yang sama seperti saya, barangkali kita ada di golongan yang sama. Jika poin-poin ini kamu rasakan, mungkin berclodi adalah jalan yang tepat untuk dipilih dan dilakukan. Coba tanyakan pada dirimu, apakah kamu merasakan semua ini? 

1. Risih melihat gunungan sampah popok

Satu pampers penuh terbuang di sudut belakang rumah. Beberapa jam berikutnya, satu lagi menyusul. Satu per satu terus bertambah. Beberapa hari kemudian terciptalah gunungan pampers kotor di sana. Ah, sungguh merusak pemandangan.

Belum lagi aromanya. Aduhai, bisa mual muntah jika dibiarkan terbuka. Ditambah lagi kalau ada hewan-hewan berkeliaran. Bisa-bisa gunungan sampah ini berceceran di sekitar rumah. Lingkungan menjadi tak sedap, jorok dan tak sehat. 

Saya paling tidak tahan melihat sampah berserakan di lingkungan tempat tinggal saya. Kalau tukang sampah telat mengangkut sampah dari rumah kami saja, saya bisa ngedumel berhari-hari lamanya. 

Meski demikian, saya tetap tidak tega jika tukang sampah harus memunguti sampah pampers yang baunya saja membuat saya menahan nafas. Padahal pampers itu isinya bekas anak saya sendiri. Sedangkan tukang sampah adalah murni orang lain. Tidak sopan rasanya kalau harus membuat mereka memunguti pampers kotor anak saya. 

Apakah saya berlebihan? Rasanya tidak. Saya hanya menyukai kebersihan. Saya mencintai keindahan. Lagipula, siapa sih yang tidak suka lingkungan bersih, rapi dan nyaman untuk ditinggali? Sepertinya semua orang, yang berakal sehat, pasti memilih untuk hidup di tempat yang demikian. 

Berclodi adalah salah satu cara untuk mengeliminasi gunungan sampah popok plastik. Ya, dengan memakai clodi, saya tidak akan menghasilkan sampah pampers lagi. Atau, kalau pun belum bisa full seratus persen berclodi, paling tidak tumpukan sampah pampers bisa diminimalisasi. 

Cara ini ternyata sangat efektif. Setelah berclodi, saya tidak perlu lagi melihat gunungan sampah pampers di pojokan luar rumah. Sampah domestik saja sudah cukup mengisi bank sampah di rumah kami. Tidak perlu dijejali dengan sampah popok plastik. 

2. Mencintai dan peduli dengan lingkungan

Isu pemanasan global dan perubahan iklim akhir-akhir ini memang sering sekali digaungkan. Tetapi isu ini bukan isapan jempol belaka. Banyak sekali data yang membuktikan bahwa isu-isu lingkungan ini nyata. Bahwa perubahan iklim sedang berproses di tengah-tengah kita. 

Bagaimana jika Bumi yang kita tinggali ini rusak dan hancur? Apakah kita sudah siap jika kiamat terjadi? Manusia sering kali berbuat kerusakan di muka Bumi tanpa mereka sadari. Seperti membuang sampah plastik yang butuh jutaan tahun untuk terurai. 

Memakai clodi adalah salah satu keputusan bijaksana untuk mengurangi produksi sampah plastik ke lingkungan. Popok kain modern ini bisa dipakai berulang-ulang, dalam jangka waktu tahunan. Bisa diturunkan dari kakak ke adiknya, bahkan kalau dirawat dengan baik bisa dijual lagi kelak. 

Bahan-bahan organik pada clodi membutuhkan waktu degradasi yang lebih singkat daripada plastik. Kalaupun ada komponennya yang sintetis--seperti kancing snap atau PUL--persentasenya tidak banyak. Jauh lebih sedikit daripada pampers yang seluruh komponennya terbuat dari material sintetis. 

Lagipula, saya tidak tega mewariskan Bumi yang rusak kepada anak cucu saya kelak. Saya tidak mungkin hidup sampai jutaan tahun yang akan datang untuk menunggu sampah plastik terdegradasi. Karena itu saya tidak ingin meninggalkan banyak warisan sampah plastik kalau mati nanti. Biarlah anak keturunan kita nanti merasakan hidup di Bumi yang indah dan asri. Tanpa sampah dan plastik yang berserakan di sana-sini. 

3. Merasa pengeluaran popok terlalu boros

Fungsi utama popok adalah menampung kotoran bayi karena ia belum bisa buang air sendiri. Kalau cuma sekadar menampung pipis dan poop lalu dibuang, kenapa harus beli mahal-mahal? 

Mungkin orang menganggap saya pelit atau perhitungan. Tetapi harus saya akui, saya menyayangkan uang yang harus terbuang begitu saja setelah beberapa jam. Seperti pemborosan. Eman-eman, coba buat beli pentol atau jajan anak. Bukankah lebih bermanfaat? 

Pengeluaran untuk pampers tidak cukup lima puluh ribu sebulan. Itu untuk satu anak balita. Bagaimana kalau dua anak balita? Lebih besar tentunya. Karena itulah memilih clodi agaknya merupakan pilihan yang tepat. Saya tidak perlu pusing ketika stok popok habis. Pun tidak perlu bersaing dengan jutaan mama lain untuk berburu diskon popok yang jumlahnya sangat terbatas. 

4. Mempertimbangkan kondisi kesehatan si kecil

Dari komunitas Mamaberclodi, beberapa teman saya bercerita bahwa alasannya memilih pindah haluan adalah karena bayinya mengalami ruam popok atau bahkan divonis ISK (infeksi saluran kemih). Dokter mereka menyarankan untuk berhenti menggunakan pampers. 

Clodi memang bukan satu-satunya pilihan untuk berhenti dari pampers. Tetapi memakai popok kain konvensional--popok kain tali--juga tidak mudah. Mama harus kuat mencuci dan sering mengganti. Berbeda dengan clodi yang cukup empat jam sekali diganti. 

Berclodi pun tetap tidak meniadakan kemungkinan ruam atau ISK. Tetapi kemungkinan ini dapat dicegah dengan rutin membersihkan organ intim si kecil dan menggantinya setiap tiga atau empat jam sekali. Cucian pun tidak terlalu menumpuk jika memakai popok kain modern ini. 

5. Ingin proses potty training lebih mulus

Kata mereka yang telah lebih dulu berproses, berclodi akan lebih memudahkan fase potty training si kecil, dibandingkan berpampers. Sebab, clodi berbeda dengan pampers yang dibuat tetap kering sepanjang hari. Clodi ketika penuh akan terasa lembap juga, walaupun inner-nya dari bahan yang stay dry. Ketika lembap tentu saja si kecil merasa tidak nyaman. Namun, justru inilah yang melatih kemampuan si kecil untuk merasakan dan peka dengan kondisinya sendiri. 

Saya belum membuktikan teori ini. Tetapi besar harapan saya, jika waktunya nanti, anak saya bisa melalui fase ini dengan lancar dan mudah. Tak perlu banyak drama. Karena ia sudah terlatih berclodi sejak bayi. 

6. Tren clodi yang fashionable dan stylish

Serupa dengan baju, clodi mempunyai tren yang semakin kekinian. Motifnya selalu up to date mengikuti tren fesyen dan warna. Bahkan bisa dibilang clodi mempunyai tren gaya sendiri, dengan desain yang stylish dan atraktif. 

Di luar negeri, anak yang sudah pakai clodi biasanya tidak pakai celana lagi. Karena motifnya bagus, sudah terlihat seperti celana. Di negeri ini, karena kebanyakan mama menganggap clodi sama seperti popok atau celana dalam, anaknya pun dipakaikan celana lagi. Tidak masalah. Semua bergantung selera. 

Yang jelas, perkembangan motif dan desain clodi yang semakin 'kece' menjadi salah satu alasan banyak mama jatuh cinta dengan clodi. Lucu dan imut di badan anak. Jadi nyaman dan gemas dipandang mata. 

Keputusan berclodi bagi saya adalah bukanlah keputusan biasa. Berclodi artinya berkomitmen mencintai anak dan mencintai Bumi. Meskipun setiap orang bebas menunjukkan cintanya, tetapi inilah cara saya. Apapun alasannya, berclodi memberikan manfaat yang nyata bagi saya secara personal serta bagi alam. Bagaimana denganmu? Sudah yakin berclodi? 

Alfia D. Masyitoh
Sometimes you may find me as Marcellina Kim. Lifestyle blogger, content writer and clodi enthusiast who loves EXO Baekhyun and SF9 Rowoon. Part of EXO-L and Fantasy.

Related Posts

42 comments

  1. Jujur aku masih belum bisa kalo yang satu ini, mentalku masih belum kuat buat cuci clodinya. Mungkin kalo udah mulai toilet training bakal pindah ke clodi, doakan wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Take it easy mbak, gak perlu dipaksakan. Kalo dari awal udah terpaksa, bakal makin berat menjalaninya. Banyak cara lain mencintai bumi, gak cuma berclodi hehe...

      Btw, kalo udah mulai toilet training ganti mbak, upgrade level ke training pants, bukan clodi lagi hihi. Semangat mak!!

      Delete
  2. Saya jadi ingat pengalaman dulu pernah jadi pembantu rumah tangga dan nyuci popok kain anak majikan wkkwwk. Btw, bagi saya untuk bayi memang kalau mampu jangan merasa sayang, berikan yang terbaik, apalagi kalau yang terbaik itu juga berdampak bagus bagi lingkungan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah ini pengalamannya istimewa banget, nggak terlupakan pasti.

      Betul banget, buat anak seharusnya nggak boleh itung2an. Tapi saya agak perhitungan kalo pampers, karena udah tau enaknya berclodi hehe.

      Delete
  3. Saya sendiri belum punya pengalaman sih perihal itu, istilah clodi aja baru banget denger. Tapi alhamdulillah jsdi punya wawasan buat kedepannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah. Clodi ini sekarang makin banyak kok di Indonesia. Macem2 mereknya. Semoga suatu saat bisa diterapkan di keluarga sendiri ya... Makasih :"

      Delete
  4. selain stok clodi bikin hemat budget yang tadinya buat beli popok rutin, ternyata untuk menghargai dan memulihkan yang bersih dimulai dari hal sederhana seperti memakai clodi ini. Karena masa penggunaan nya lama, alhasil jadi minim setor sampah.

    saya paling sebel liat sampah popok ngambang di sungai dan ngendap di dasar sungai tidak terurai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. You got my point brother! Itu yang saya maksud... Seneng deh kalo pesan tulisan saya bisa nyampe ke pembaca.


      Btw, nggak semua orang lho yang sadar dengan kondisi lingkungan termasuk sampah pampers yang berserakan di sungai. Good!!

      Delete
  5. Tulisannya inspiratif dan nggak ada kesan menyudutkan. Opininya bagus, saya baru tahu kalau ada popok semacam clodi ini, inovasi baru yg berdampak baik bagi lingkungan semoga banyak ibu-ibu membaca ini dan mulai mempertimbangkan untuk berclodi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga masalah sampah ini bisa teratasi lebih baik ke depannya. Makasih yaa :)

      Delete
  6. Salut sama ibu-ibu yang sukses beralih dari popok sekali pakai. Aku pernah nyoba beberapa hari, akhirnya menyerah. Padahal emang sih beli pampers itu boros banget, sampahnya bikin risih. Sehari kadang bisa numpuk tinggi banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Its ok, take easy mbak. Yang penting udah pernah nyoba dan ngerasain. Berclodi nggak harus dipaksakan. Semua kembali pada kondisi masing-masing. Ada kondisi yang memang membuat berclodi ini nggak bisa diterapkan.

      Semangat mbak!!

      Delete
  7. Mungkin jadi ujian tersendiri dalam hal perclodian saat hujan terus menerus karna mungkin stock clodi yang terbatas dan belum kering ya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bener banget. Kalo pas musim hujan, hujannya seharian, clodi nggak kering2, wah itu kudu sabar. Tapi aku biasanya pake kipas angin, biar cepet kering. Hehehe.

      Delete
  8. Trimakasih untuk informasinya.. kebetulan sya blum pernah mempelajari hal ini.. smoga artikel ini bisa sya simpen utk sya pelajarin kelak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin.. Makasih mas. Semoga bisa bermanfaat dan menginspirasi yaa. Semangat!!

      Delete
  9. Senang sekali kalau ada yang nulis, terus nyelipkan kampanye peduli lingkungan, selain mengedukasi, tentu ini menjadi harapan baik untuk masa yang akan datang, terima kasih atas edukasinya kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama mas.

      Kampanye peduli lingkungan ini sebetulnya udah sering. Cuma caranya yang beda2. Penerapannya juga beda2. Tergantung kondisi setiap orang. Semoga bermanfaat ya!

      Delete
  10. Alasan yang cukup logis, mengapa haru memakai clodi sih ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mas. Gimana? Tertarik nyoba untuk anak sendiri (later maybe)?

      Delete
  11. Saya pernah lihat sampah pampers berisi kotoran bayi di jalan gang. Menjijikkan sekali. Seandainya orang-orang lebih sadar kebersihan, ya, Mbak. Adanya popok yang bisa dipakai ulang gini harusnya membantu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul.. Risih jijik banget kalo liat orang buang sampah pampers sembarangan. Kayak nggak ada beban, padahal itu mengganggu banget kan.

      Sayangnya, belum semua orang tua sadar untuk berclodi. Ya gpp sih, asal buang sampah pampersnya tetap beradab :)

      Delete
  12. terima kasih pencerahannya kak, insyaallah satu bulanan lagi istri lahiran (semoga sehat dan lancar). semoga bisa nerapin konsep mencintai anak dan mencintai Bumi ini juga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah senangnyaa, counting down jadi papa muda nih. Semoga lahirannya lancar, normal lengkap sempurna, sehat ibu dan bayinya ya :)

      Semoga bisa berclodi juga, yuk semangat!!

      Delete
  13. Alasan nomer 3 yang jadi pertimbangan kami dulu untuk beralih penggunaan popok anak pada clodi. Hehe. Sip makasih sharingnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keren.. Mantap sekali mas! Berclodi ini emang sehemat itu, gak perlu galau nyari promo pampers hehe..

      Delete
  14. Wah bener jg ya, kalo lihat limbah pampers bayi terlebih ada kotorannya itu rasanya hmmmmmmm, mantap bgt rasa ingin muntahnya meningkat...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan itu nggak semua orang tua sadar, jadi buang pampers seenaknya. Sebetulnya nggak masalah mau pake pampers, asal bisa membuang limbahnya dengan bijak dan nggak menyusahkan orang lain..

      Delete
  15. artikelnya sangat bagus ka, saya baru tahu kalau ada popok semacam clodi ini, mungkin nanti kalau saya sudah punya momongan bisa menggunakan ini untuk referensi nya .

    terimakasih ka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap.. Sama2 kak

      Semoga bisa bermanfaat ya, bisa diterapkan suatu saat nanti :)

      Delete
  16. sebelum saya menikah, saya sudah berniat jika punya anak kelak saya akan menggunakan clodi daripada pempers, karena alasan-alasan yang mbak jelaskan diatas semakin yakin saya akan menggunakan clodi untuk anak saya kelak... semoga nanti bisa bergabung dengan mamaberclodi hihihi.... bermanfaat sekali infonya mbakk sukaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillaah. Mantap.. Keren banget udah punya niat berclodi sejak dini. Salut deh!

      Aamiin. Semoga beneran bisa gabung di mamaberclodi ya mbak! Biar ada temen seperjuangan dalam dunia perclodian ini, hihi.

      Delete
  17. Replies
    1. Alhamdulillah. Makasih kak, semoga bermanfaat yaa

      Delete
  18. Nice artikel kak! Saya sudah pernah baca tentang popok clodi ini, cuma masih belum yakin sebenernya. dan karenapun belum menikah, semoga nanti bisa jadi referensi terkait hal ini. Thanks ka sudah sharing

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kembali.. Semoga bisa bermanfaat dan jadi rujukan kalo nanti sudah nikah dan punya momongan ya mbak. Semoga sukses selalu 😊

      Delete
  19. Sempet aku kepikiran mau pakai clodi untuk raka, tapi kayaknya aku nggak sanggup deh untuk masalah cuci mencucinya. Berhubunga raka special needs, jadi aku pakai yang praktis dlu aja jdinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. MasyaAllah, you've worked hard mbak! Nggapapa gak pake clodi, gak wajib juga. Semua orang punya alasan masing-masing kan. Yang penting adalah ngasih yang terbaik buat anak. Betul nggak?

      Delete
  20. Nice artikel Kak! bermanfaat sekali infonya, sampai sekarang udah punya dua anak, tp masih bermental instan. butuh niat kuat buat pindah clodi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih kak..

      Hehe, gapapa.. Gak semua orang punya alasan dan kondisi yang sama. Tapi mungkin lain kali boleh dicoba, biar tahu rasanya. Nanti bisa membandingkan mana yang lebih enak hehe

      Delete

Post a Comment