admasyitoh.com

Cara Menulis Review Film yang Asyik dan Tidak Membosankan

8 comments

cara menulis review film

Pernah nonton film atau drama Korea? Ada nggak film yang sangat kamu ingat, yang begitu berkesan dan tidak terlupakan? Nah, film-film yang kamu tonton itu bisa menjadi salah satu ide konten di media sosial, termasuk di blog lo! Bahkan bisa menjadi satu niche tersendiri.

Sebagai penikmat film dan pencinta oppa-oppa yang sudah cukup lama berkarir di dunia perdrakoran, rasanya aku sudah cukup banyak menamatkan judul film dan drama. Setiap film atau drama selalu punya karakteristik, ciri khas, serta pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Inilah kenapa aku suka sekali menonton film lalu menulis ulasannya di blog Sundries Journal ini.

Aku ingin berbagi kesan dan pesan yang aku dapatkan setelah menonton film kepada para pembaca, dengan harapan bisa memberikan gambaran atau referensi kepada mereka tentang film yang kutonton. Yah, syukur-syukur kalau bisa menularkan inspirasi yang aku peroleh dari film tersebut. Bukankah itu memang salah satu tujuan menulis review film?

Salah seorang rekan bloger pernah bertanya padaku, gimana sih caranya menulis review film supaya nggak membosankan dan tetap asyik dibaca? Walaupun tulisan review itu panjang, bagaimana caranya agar pembaca tidak bosan dan bisa mengikuti sampai akhir tulisan? Well, kalau kamu punya pertanyaan yang sama, stay tune di artikel ini sampai selesai ya!

DISCLAIMER! Meskipun aku bukan seorang profesional, masih amatiran, semoga sedikit tips-tips ini bisa memberi insight kepada pembaca yang sedang belajar menulis review film, terutama bloger pemula. Penulis sangat terbuka terhadap kritik, saran dan masukan yang membangun, maupun gagasan lain yang berbeda.

Cara Menulis Review Film

Yeorobun, review atau ulasan pada dasarnya adalah tulisan opini. Opini sendiri konon merupakan suatu karya yang menjadi pembatas antara fiksi dan fakta, yang memuat gagasan personal penulisnya. Karena bersifat opini, kita bebas menulis atau meluapkan apa saja ke dalamnya, entah itu pujian, sanjungan, keresahan, kekhawatiran, bahkan sindiran atau celaan.

Kita boleh kok menunjukkan kecondongan posisi kita di dalam opini. Tidak perlu takut menunjukkan keberpihakan kita atau sisi yang ‘gue banget’ ketika beropini. Halal hukumnya untuk berkata jujur dan blak-blakan. Bahkan mengumpat dan berkata kasar pun diperbolehkan. Tbh, aku pernah sampai menulis ‘sibal sekiya’ (umpatan bahasa Korea) ketika mengulas salah satu tokoh drama—saking gedeknya dengan tokoh tersebut.

cara menulis review film

Atas dasar itu pula, mereview film atau serial drama juga perlu dilengkapi dengan riset dan data. Meski bebas beropini, kita tidak bisa seenaknya mengatakan film ini bagus, film itu jelek, film ini layak ditonton, film itu ternyata cuma zonk, dan sebagainya. Atas dasar apa kita memberi nilai demikian? Nah itulah yang perlu dituliskan.

Lalu bagaimana cara, tips dan tahapan menulis review film? Berikut ini rangkuman yang aku pelajari dari berbagai sumber dan forum yang pernah aku ikuti.

1. Nonton Dulu, Riset Kemudian

Yang pertama, jelas harus sudah nonton dulu sebelum menulis review film atau serial drama. Review yang ditulis setelah nonton sendiri pasti beda ‘feel’-nya dengan yang cuma diceritain orang lain atau baca-baca review di artikel lain. Originalitasnya itu lo yang beda. Review yang cuma menyadur dari tulisan orang rasanya tuh kopong. 

Tahu bulat dan bola-bola ubi yang kopong memang enak. Tapi kalau review film yang kopong, rasanya kurang enak, nggak nikmat. 

Jadi, kalau mau menulis review yang bagus dan totalitas, pastikan menonton sendiri filmnya ya!

Adegan-adegan yang berkesan dalam film biasanya selalu membekas meski kita sudah tamat menontonnya. Ini bisa menjadi modal awal ketika mau menulis review. Berangkat dari adegan yang menurutmu berkesan itu, cobalah untuk mengeksplorasi lebih lanjut. Misalnya, kenapa adegan itu berkesan buatmu? Bagaimana ekspresi aktor ketika adegan itu? Apa sih inti utama yang mau disampaikan?

Lanjutkan dengan riset. Caranya bisa dengan me-replay film (atau adegan tertentu) dan mencermati detail-detail di dalamnya. Nah, riset ini tidak cukup hanya sampai di situ, yeorobun. Tidak jarang kita harus mencari referensi lain yang relevan dengan film yang kita akan kita review.

Kalau aku biasanya habis nonton film, langsung cari artikel terkait film yang tersebut. Artikel apapun! Inilah yang aku jadikan sebagai referensi. 

Dari artikel-artikel ini aku bisa menemukan berbagai informasi yang seringkali tidak disampaikan dalam film, seperti proses casting dan pembuatan film, proses editing, budget yang dihabiskan, kesulitan yang dialami aktor ketika memerankan karakternya, siapa produser dan sutradara filmnya, dan sebagainya.

tips mereview film

Biar lebih puas, biasanya aku sampai ngepoin proses di balik layar alias BTS atau behind the scene-nya. Ini kalau ada ya, jadi nggak wajib hukumnya. Karena nggak semua produser film ngasih BTS ini ke publik. Biasanya yang mesti ada tuh di drama-drama Korea.

Bagi sebagian orang, nonton behind the scene ini bisa dibilang kurang kerjaan. Mungkin benar, tapi bagiku BTS ini bisa membuka sudut pandang yang lain buatku, sehingga aku bisa lebih memahami film yang kutonton.

Dari proses di balik layar, aku bisa tahu bagaimana suasana ketika adegan tertentu dibuat, bagaimana interaksi atau perasaan aktornya, adlib-adlib atau improvisasi, hingga bagaimana adegan itu diarahkan oleh sutradara. Yang dibilang orang lain sebagai ‘kurang kerjaan’ bagiku justru adalah ‘riset yang mengasyikkan’. Jadi intinya kembali lagi ke riset, riset dan riset...

2. Tetapkan Fokus Tulisan dan Sudut Pandang

Kalau kamu sudah menentukan film apa yang akan kamu ulas, berikutnya tetapkan fokus tulisan dan sudut pandang. Maksudnya, meski nanti banyak aspek yang akan kamu tulis, tetap harus ada satu benang merah yang menjadi fokus utama dalam ulasanmu. Apakah kamu akan fokus membahas kelebihan dan kekurangan filmnya, akting pemain, sinematografi dan editing, atau justru fokus pada alur ceritanya.

Fokus tulisan ini juga bisa membantumu dalam merumuskan judul maupun outline tulisan. Dan, secara tidak langsung juga memudahkan ketika riset keyword maupun riset konten.

Sedangkan, sudut pandang berarti bagaimana kamu menempatkan diri dalam tulisanmu. Apakah sebagai penikmat film, kritikus film, keberpihakan pada tokoh protagonis atau antagonis. Atau malah cari aman dengan berada di posisi netral yang tidak memihak.

Sudut pandang juga berpengaruh terhadap caramu memahami film. Di sini pula letak personal touch (sentuhan personal) yang menjadikan review kita bersifat khas, karena setiap orang bisa jadi punya sudut pandang yang berbeda terhadap film yang sama.

Contoh, kebanyakan orang—in this case penggemar drama Korea—menganggap Queen’s Umbrella adalah drama yang sempurna. Bukan cuma visual yang memanjakan mata, tapi juga punya plot tidak biasa. Apalagi drama ini berakhir dengan indah, tokoh protagonis utama bahagia, antagonisnya menderita.

It’s okay, no matter. Aku mengakui drama ini memang bagus. Tapi menurut sudut pandangku, drama yang kata orang sempurna ini tetap punya beberapa kelemahan yang membuatku ‘hampa’ setelah drama ini tamat. Aku menulis ulasan ini apa adanya, berdasarkan sudut pandang pribadi, versi diri sendiri, tanpa intervensi, dengan berbekal banyak referensi. Kamu bisa membacanya di review Queen’s Umbrella kalau mau tahu lebih detail.

contoh review film yang baik

3. Pelajari Target Audiens

Mempelajari target pembaca review sebetulnya ada kaitannya dengan user persona blog. Sudah pernah belajar? Dengan mengenali siapa pembaca blog, kita bisa menentukan bagaimana gaya bahasa tulisan, apa saja yang akan kita tulis dan seberapa jauh kita akan membahas filmnya.

Tidak semua orang mempunyai hobi nonton film atau drama, terutama untuk pembaca blog dengan niche lifestyle alias gado-gado sepertiku. Di sinilah kita butuh menjelaskan beberapa aspek film supaya bisa diterima oleh pembaca yang bisa jadi masih ‘awam’ dengan dunia perfilman.

Beda ceritanya kalau blog atau website yang memang punya niche khusus film atau entertainment. Blog-blog seperti ini sudah punya target pembaca yang spesifik, seperti penggemar film dan drama, kritikus film, sinematografer atau penggiat seni peran. Target audiensnya lebih homogen karena punya kesamaan latar belakang atau hobi. Jadi ulasan film yang ditulis pun biasanya tidak bertele-tele dan cenderung to the point.

4. Jujur tapi Elegan

Poin utama dalam menulis artikel review adalah kejujuran. Seperti yang sudah kita bahas di awal, review atau ulasan pada dasarnya merupakan opini. Yah, bisa dibilang kita sedang berlatih menjadi kritikus film. Sebagai kritikus, kita dituntut untuk berkata jujur 'kan? 

Kamu pasti pernah mendengar ungkapan ‘sampaikan sejujurnya, meski kadang kejujuran itu menyakitkan’. Tapi tahu nggak sih, ada kalanya cara menyampaikan kejujuran itu lebih menyakitkan daripada kejujuran itu sendiri?

Nah, di sinilah keterampilan berbahasa kita dilatih supaya lebih elegan dan 'classy'. Bukan mentang-mentang filmnya jelek, tidak bagus, lalu seenaknya kita men-judge ‘film ini jelek sekali, aku sama sekali tidak melihat alasan kenapa film ini harus ditonton’. No! Andwaeyo, hajimayo! Bukan seperti itu ya caranya.

cara membuat review film

Kalau memang film yang kita review kurang bagus, maka sampaikanlah disertai alasan kuat dan logis agar bisa diterima. Yuk, kita coba latihan! Ini cuma contoh aja yaa…

Film ini memang patut diacungi jempol karena menyajikan alur yang tidak biasa. Berbeda dengan film-film dengan genre serupa. Meski demikian, aku cukup menyayangkan karena plot twist film ini terlalu mudah ditebak. Ada kemungkinan, pihak produser sengaja membuat plot yang mudah terjawab untuk menggiring opini penonton tentang siapa terduga pelakunya. Yah, sesuai yang diharapkan, Mr. X adalah pelaku pembunuhan berantai yang sesungguhnya.

5. Gunakan Bahasa yang Enak Dibaca

Ada yang sampai sekarang masih bingung memilih gaya bahasa yang ‘gue banget’ di blognya? Tenang, hal seperti ini juga aku alami ketika masih jadi bloger pemula dulu. Tapi seiring berjalannya waktu, setiap orang pasti akan menemukan gayanya masing-masing kok. Sering-sering latihan aja, begitu kata coach-coach dulu.

Nah, dalam membuat review film, gaya bahasa ternyata juga mempengaruhi kesan yang dirasakan pembaca lo, yeorobun. Sebetulnya tidak ada ketentuan harus menggunakan bahasa formal-non formal atau baku-non baku. Pilih saja bahasa yang paling nyaman buatmu, paling sesuai dengan dirimu, paling pas sesuai versimu.

IMHO, kunci utama tulisan yang enak dibaca adalah bahasa yang tidak terkesan menggurui atau merendahkan, serta mudah dimengerti oleh pembaca. 

Dulu salah satu guruku pernah bilang, yang paling utama dalam berbahasa adalah komunikatif, yaitu bagaimana caranya agar orang lain mengerti yang kita sampaikan. Urusan tata bahasa dan gramatikal bisa dipelajari sambil jalan.

6. Sebisa Mungkin Tidak Spoiler

To be very honest, ini yang paling sulit dihindari. Konon, review film yang bagus seharusnya tidak mengandung spoiler. Walaupun ada pembahasan tentang alur cerita dan sinopsisnya, tetapi sebisa mungkin hindari memberi bocoran cerita kepada pembaca.

Kenapa? Sebetulnya tujuannya sesimpel supaya pembaca—yang berpotensi menjadi calon penonton—tidak kehilangan minat untuk menonton film tersebut. Karena memang ada orang yang jadi nggak minat, nggak ‘bernafsu’ nonton film tertentu karena sudah terlalu banyak spoiler yang dia terima meski secara tidak sengaja.

Aku aja kadang malas nonton drama Korea yang spoiler-nya sudah bertebaran di sosial media, even tho, drama itu termasuk hits dan populer. Padahal aku suka banget nonton drakor. Yah gimana, lagi asyik-asyik scroll sosmed tiba-tiba ada spoiler lewat. Mau nge-skip, udah terlanjur nonton penggalan videonya. Ya udah deh, jadi nggak penasaran lagi ke drama atau film aslinya.

Tapi, ketika menulis review film memang susah sekali menghindari spoiler ini, yeorobun. Sampai sekarang aku pun masih sering spoiler ketika mereview film atau drama yang aku tonton. Dan, bukan aku saja ternyata. Sahabatku, lendyagassi eonni, yang sudah terkenal sering menulis review film Korea, mengaku kalau kadang masih kesulitan untuk menghindari spoiler.

Solusinya bagaimana? Menurutku, ada tiga hal yang bisa kita lakukan yaitu:

  • Kalau memang terpaksa harus spoiler, beri SPOILER ALERT di awal-awal tulisan, supaya pembaca bisa menyiapkan diri untuk menerima spoiler tersebut;
  • Jangan memberikan spoiler secara keseluruhan, batasi, cukup sedikit saja alur cerita yang di-spill. Sisanya biarkan pembaca mencari jawabannya sendiri dengan menonton filmnya;
  • Olah dan ramu cara penuturanmu supaya sebisa mungkin pembaca tetap 'teracuni' dan penasaran dengan film yang kamu review, meski sudah kamu spill sebagian kecil alurnya.

Summary

Menulis ulasan atau review film bertujuan untuk memberikan kritik, opini, informasi sekaligus insight atau nilai-nilai inspiratif yang didapat dari sebuah film kepada orang lain. Cara menulis review film bagi bloger, terutama yang masih pemula, perlu dipelajari dan terus dilatih agar tulisan yang dihasilkan tetap asyik dibaca dan tidak membosankan.

Tips-tips yang bisa diterapkan ketika membuat review film antara lain memperbanyak riset setelah menonton filmnya; menetapkan fokus tulisan dan sudut pandang; mempelajari target audiens atau pembaca; menyampaikan ulasan secara jujur namun tetap elegan; menggunakan bahasa yang enak dibaca; serta sebisa mungkin menghindari spoiler.

Setelah tahu cara menulis review film yang asyik dan tidak membosankan, apakah kamu sudah siap praktik? Yuk, ceritakan film atau drama favoritmu di blog! Siapa tahu review yang kamu tulis adalah informasi yang dibutuhkan oleh pembaca.

Referensi

  1. Belajar Cara Menulis Review Film - https://www.ilhamsadli.com/2017/09/belajar-cara-menulis-review-film.html
  2. 5 Cara Menulis Review Film yang Oke dan Enak Dibaca - https://dafunda.com/movie/cara-menulis-review-film/
  3. Tips Membuat Review Film dengan Mudah untuk Pemula - https://penerjemahjakarta.co.id/tips-membuat-review-film-dengan-mudah-untuk-pemula/
  4. Tips Mengulas Film yang Menarik tanpa Spoiler - https://blog.tempoinstitute.com/berita/tips-mengulas-film-yang-menarik-tanpa-spoiler/

Alfia D. Masyitoh
Sometimes you may find me as Marcellina Kim. Lifestyle blogger, content writer and clodi enthusiast who loves EXO Baekhyun and SF9 Rowoon. Part of EXO-L and Fantasy.

Related Posts

8 comments

  1. Wah ini tulisan yg aku tunggu² hahaha. Ternyata riset bukan dari artikel aja ya perlu juga re-play, nah itu aku jarang bgt re-play lagi huhuhu. Baca ini jadi ngeh, jangan2 aku sering spoiler juga secara gak sadar wkwk 🙈😂

    ReplyDelete
  2. Bener juga sih.. memang harus bener2 pencinta film ya.. karena nonton aja udah makan banyak waktu belum lagi menulisnya, reviewnya kudu di stop-stop, repeat-repeat, lumayan.. hehe

    ReplyDelete
  3. Kurang lebih review film ini sama dengan review buku. Harus mau lelah merepeat materi, kadang sampe kudu screenshoot adegan sampai semenit-menitnya, belum lagi ngerasain feelnya sampai yang paling HARD itu ngasih plus minusnya secara obyektif. Paling tokcer lagi kalau bisa bandingin karakter cast-nya dengan karakter di film sebelumnya. Intinya memang harus effort kalau mau review yang mantul! :D

    ReplyDelete
  4. Tutorial yang menarik, saya sempat terpikir untuk buat konten review film, tapi gimana ya caranya? Ah ini udah ketemu, memang ga mudah ternyata, apalagi soal spoiler hrs hati2. Terima kasih sdh membuat artikel tutorial ini. Well done, thumbs up.

    ReplyDelete
  5. Ketika lagi asik menulis review film, kadang suka gak sadar malah kaya menceritakan filmnya balik. Al-hasil harus dibaca ulang dan hapus banyak part-part penulisan eehehe

    ReplyDelete
  6. Saya jarang banget review film. Pertama karena jarang nonton, kedua memang sulit menarasikan cerita film dalam bahasa yang enak. Trik nya wajib dicoba nih

    ReplyDelete
  7. Tipsnya bermanfaat mbak bagi saya yang jarang buat review film, entah kenapa saya lebih memilih untuk menikmati film aja dibandingkan membuat reviewnya wkwkwk
    Semoga setelah ini tobat deh, gimanapun juga kadang seseorang butuh review film juga kan ya sebelum nonton filmnya

    ReplyDelete
  8. Tulisannya lumayan menjawab kegalauanku saat me-review film. Habis nonton sering lupa isinya. Apalagi kalau drama Korea ya, sampai lupa nama-nama tokonhnya

    ReplyDelete

Post a Comment