admasyitoh.com

[FAQ] Pengalaman Khitan Surabaya untuk Anak 4 Tahun

pengalaman khitan surabaya untuk anak 4 tahun

Yeorobun… Alhamdulillah, sebagai orang tua yang punya anak cowok, lega rasanya sudah mengkhitankan anak. Kita tidak akan membahas khitan atau sunat ini dari sudut pandang agama ya. Jadi kalau tanya dalilnya, wah, silakan belajar kepada ustadz-ustadzah yang ahli di bidang agama. Yang jelas, khitan wajib hukumnya bagi setiap laki-laki muslim, apalagi kalau sudah menginjak akil balig.

Kita juga tidak akan membahas dari sudut pandang kesehatan maupun psikologis anak. Karena dalam hal ini masih ada perselisihan, terutama dari negara-negara mayoritas non muslim. Tapi sebagai umat Islam, kami meyakini bahwa dengan adanya syariat yang mewajibkan dilakukannya khitan ini, maka insyaAllah khitan akan jauh lebih banyak pros daripada cons-nya.

Jadi, di tulisan ini aku cuma mau sharing tentang pengalaman khitan di Surabaya untuk anak 4 tahun. Sebetulnya anakku, uri wangjanim, sudah khitan sejak tahun 2024 lalu. Tapi baru menyempatkan nulis ulasannya sekarang. Bismillah, semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama orang tua yang hendak mengkhitankan anak-anaknya. Aamiin…

FAQ Pengalaman Khitan Anak 4 Tahun di Surabaya

Uri wangjanim khitan tepat di ulang tahunnya yang ke-4, yah sekitar beberapa minggu sebelum dia masuk sekolah PAUD. Sengaja memilih momen ulang tahun, jadi biar ngasih kadonya sekalian gitu, kado ulang tahun sekaligus kado sunatan, hehe.

Sengaja juga khitannya pas sebelum masuk sekolah. Pikir kami sebagai orang tua, mumpung anaknya belum sekolah jadi nggak bingung harus izin absen di sekolah. Kalau nunggu anaknya SD kok rasanya kelamaan. Takutnya nanti keburu wangjanim udah ‘keder’ duluan akhirnya malah nolak-nolak dan terus nunda-nunda. 

Belum lagi, kalau sudah besar dan sekolah, harus izin kan dikhawatirkan bisa mengganggu belajarnya di sekolah. Jadi ya udah, mumpung masih kecil, masih gampang diatur dan masih belum sekolah, langsung gass aja! Ada yang punya pemikiran sama?

Sunatnya pun diem-diem bae yeorobun, nggak ada woro-woro ke tetangga atau saudara. Ya tiba-tiba syukuran kecil-kecilan aja setelah pulang dari klinik. Mungkin karena kamjagiya alias dadakan mode tahu bulat ini jadi banyak juga yang tanya-tanya. Rata-rata pertanyaannya hampir sama. Karena itulah, aku mencoba menulis FAQ atau pertanyaan yang paling sering ditanyakan seputar sunat anak umur 4 tahun ini. Berikut ini rangkumannya.

1. Kenapa khitan umur 4 tahun, nggak kasihan?

Jujurly, iya. Sempat kasihan terutama pas sudah sampai rumah, biusnya habis dan anaknya kesakitan. Kalau ditanya kenapa umur 4 tahun udah sunat, anaknya sakit kah? Alhamdulillah enggak ada sakit atau indikasi medis tertentu yang mengharuskan uri wangjanim khitan di usia 4 tahun. Semua murni karena niat orang tuanya yang mau mengkhitankan anaknya dengan berbagai pertimbangan, termasuk momentum yang pas, sebagaimana yang sempat aku singgung di atas.

Justru yang ada malah agak nyesel, kenapa sunatnya baru umur 4 tahun, kenapa nggak dari bayi aja dulu. Kalau nggak percaya, boleh tanya ke dokter spesialis anak (DSA) deh. Khitan ketika anak masih bayi lebih direkomendasikan daripada ketika anak sudah besar. 

Singkatnya, proses penyembuhan ketika masih bayi cenderung lebih cepat, anak masih minim tingkah polahnya, plus jauh lebih minim trauma. Semua ini tentu dengan catatan kondisi bayi aman untuk khitan ya, yang lebih tahu DSA-nya. Kayak keponakanku, umur 7 hari udah dikhitan sekalian bareng akikahnya.

Nah, dulu pas uri wangjanim baru lahir, kami cuma fokus menaikkan berat badannya. Sebab dia bayi BBLR (berat badan lahir rendah), berat badannya kurang 2 ons dari bayi lahir normal. Jadi udah nggak fokus ke khitan. Ditambah lagi, sebagai ibunya jelas aku nggak tega lihat bayi yang masih merah sekecil itu dikhitan, huhu. Ternyata aku salah yeorobun, harusnya minta pertimbangan dokter biar bisa segera khitan pas masih anaknya bayi.

Mulai sekarang kalau punya bayi laki-laki, jangan ragu-ragu, langsung tanya ke DSA aja buat minta rekomendasi khitan. Oke?

2. Khitan pakai metode apa?

Super ring. Kita harus bersyukur yeorobun, metode sunat modern itu banyak banget dan sudah sangat berkembang. Kayaknya udah nggak ada deh yang pakai metode sunat konvensional kayak orang zaman dulu. Wangjanim kemarin bahkan nggak ada jahitan sama sekali. Saking banyaknya metode, kami pun sempat bingung pilih yang mana. Akhirnya pilihan terbaik pun jatuh ke metode ring.

For informationbasically metode khitan yang berkembang sampai saat ini ada 5 (beberapa sumber bilangnya 4). Kalau mau lebih detail bisa baca-baca lagi di Google ya, di sini aku tulis sekilas aja. Secara garis besar, metode modern punya ciri khas bius tanpa jarum suntik, minim atau tanpa jahitan, penyembuhannya relatif cepat, tidak ada luka yang diperban dan anak bisa langsung aktivitas seperti biasa. Metode-metode khitan anak:

  • Metode Konvensional atau Sirkumsisi

Masih menggunakan pisau bedah. Prosedurnya dilakukan dengan bius lokal, pemotongan kulup lalu penjahitan luka. Karena masih konvensional, biusnya pun masih melibatkan jarum suntik. Metode ini kayaknya sudah jarang sekali dipakai sekarang, karena menimbulkan rasa sakit dan perdarahan lebih banyak dibandingkan metode modern.

  • Metode Laser atau Electric Cauter

Dibilang metode laser, padahal nggak pakai sinar laser. Metode ini justru pakai alat bedah listrik yang disebut electric cauter. Konon ini metode paling mahal yeorobun, karena prosesnya cepet banget, sangat minim perdarahan, waktu penyembuhannya cepat dan hasilnya lebih rapi. Kalau penasaran, boleh cek videonya di YouTube. Keunggulan lainnya, metode ini tidak ada alat yang menempel. Anak bisa langsung aktivitas seperti biasa setelah khitan.

  • Metode Klem atau Klamp

Dinamai metode klem karena metode ini menggunakan alat klem (ini juga ada beberapa jenis) yang dipasang pada kulup untuk menjepit dan memotong. Klemnya disposable alias sekali pakai, jadi dijamin steril ya. Metode ini juga minim perdarahan, prosesnya relatif cepat dan tanpa jahitan. Nah, kemarin kami sempat kepikiran pilih metode ini, tapi nggak jadi. Kenapa? Jawabannya nanti di bawah, hihihi. Sama seperti metode laser, metode ini juga tidak ada alat yang menempel pasca prosedur.

  • Metode Stapler

Metode ini pakai alat seperti stapler—stapler medis ya, jangan dibayangkan kayak stapler kertas—yang dipasang pada kulup untuk memotong sekaligus menjahit luka secara bersamaan. Minim perdarahan juga, relatif cepat sembuh juga. Tapi mahalnya yah 11:12 lah dengan metode laser. Tidak ada alat yang menempel juga, jadi anak bisa langsung aktivitas normal.

  • Metode Super Ring

Ini yang dipakai uri wangjanim. Metodenya sudah modern, bius lokal dilakukan tanpa jarum suntik sama sekali. Jadi pakai alat khusus gitu, bentuknya kayak solder listrik menurutku. Pas bius diinjeksikan, biasanya anak akan kaget, tapi nggak sakit. Sebetulnya ini mirip seperti metode klem, karena sama-sama pakai klem yang dipasang di kulup. Cuma beda bentuk klemnya aja.

Terus lagi, kalau metode ring ada ‘cincin’ yang tetap menempel meskipun prosedur sunat sudah selesai, yang mana cincin ini nanti akan lepas dengan sendirinya. Kalau cincinnya sudah lepas sempurna, berarti sudah sembuh total. 

Yang mau aku highlight, walaupun ada alat yang menempel, bukan berarti anak nggak bisa aktivitas. Justru ini cocok buat anak yang aktif, karena alat yang menempel inilah yang justru melindungi bekas luka dari goncangan atau gesekan dengan celana.

Penting! Setiap klinik kadang punya nama khusus untuk metode-metode di atas yang menjadi ciri khas klinik itu sendiri. Tapi basically teknisnya sama kok, cuma kliniknya aja yang ngasih nama beda-beda. Biar nggak bingung, minta penjelasan sedetail mungkin kepada dokter atau tenaga medis di klinik yang bersangkutan.

3. Apa metode khitan yang terbaik?

Tergantung kondisi anak. Awalnya aku mengira metode yang paling mahal—dengan segala kelebihannya—adalah metode yang paling bagus. Ternyata keliru, yeorobun. Metode khitan terbaik adalah metode yang paling sesuai dengan kondisi anak.

Ini pula yang membuat kami memilih metode ring untuk khitan wangjanim kemarin. Setelah konsultasi dengan pihak klinik, kami disarankan memilih metode ini sebab kalau pakai metode ini masih ada ‘alat yang menempel’ di organ anak berupa ring. Kenapa ini penting? Karena anak masih umur 4 tahun, sangat aktif, sehingga adanya ring yang menempel akan ‘melindungi’ bekas luka ketika anak bergerak.

Konsultasikan dengan pihak dokter atau klinik untuk menentukan metode khitan terbaik yang sesuai dengan kondisi anak masing-masing. Belum tentu metode yang termahal itu yang paling cocok untuk anak.

4. Berapa biaya sunat di Surabaya?

Beragam, mulai dari 1 juta sampai 4 juta, ada juga yang lebih. Semua tergantung dari metode dan paket yang dipilih. Kok ada paket-paketnya? Iya. Biaya yang ditetapkan setiap klinik untuk metode yang sama bisa jadi berbeda. Setiap klinik punya aturan masing-masing dan punya paket promo tertentu tiap periode. 

Nah, enaknya di klinik khusus sunatan tuh ini yeorobun. Mereka selalu ada program promo. Saranku, aktif cari info aja di sosmed untuk update promo-promonya. Kadang mereka juga kerjasama dengan beberapa merchant seperti tempat wisata, playground, bahkan hotel. Makanya jangan kaget kalau nemu paket yang judulnya misal ‘sunat di hotel sambil staycation’. 

Kalau mau murah, bisa pilih ke puskesmas. Yah, sekitar 400an ribu lah. Sayangnya, aku belum ada info apakah semua puskesmas bisa khitan anak atau puskesmas tertentu aja. Oiya, biasanya ada juga program sunat massal, yang ini bahkan FREE alias GRATIS!!

Kemarin uri wangjanim dapat paket promo seharga 1,8 juta all include ditambah bonus voucher Trans Studio Mini 320 ribu. Jadi biaya 1,8 juta itu untuk metode super ring dan sudah dapat obat untuk diminum, salep luka, antiseptik, celana dalam sunat 2 pcs, sertifikat tanda sudah khitan, dan mainan.

Nggak dapat perban atau kasa? Nope! Karena memang metodenya tanpa jahitan, jadi nggak ada bekas luka yang perlu dibalut perban.

5. Berapa lama proses penyembuhannya?

Persis 2 minggu alias 14 hari. Kalau pakai metode ring, 2 minggu ini normal ya, standarnya memang butuh waktu segitu. Alhamdulillah uri wangjanim tidak ada infeksi, minum obatnya teratur, pakai salepnya juga selalu teratur. Jadi luka bekas lukanya bisa cepat sembuh.

Seperti yang sempat aku sebut di atas, kalau pakai metode ring, sembuh total ditandai dengan lepasnya ring dengan sendirinya secara keseluruhan. Ring ini lepasnya sedikit demi sedikit, yeorobun, karena nempel di kulit. Jadi nggak kayak cincin yang bisa kita copot-pasang sesuka hati di jari-jari.

Ring akan lepas dengan sendirinya secara bertahap. Jadi nggak boleh ditarik, digeser atau dilepas paksa. Boleh disentuh hanya untuk dibersihkan dan diberi antiseptik untuk mencegah infeksi.

Nah, sebetulnya wangjanim kemarin ring-nya mulai lepas di hari ke-5 (kalau aku nggak salah ingat). Dari hari ke-5 sampai hari ke-10 ring sebagian besar sudah terlepas dari kulit. Bener-bener udah tinggal ‘iwil-iwil’, gemes banget pengen narik biar copot, tapi kan nggak boleh yak. Jadi, yah walaupun gemes banget karena udah tinggal dikit doang, tetep harus sabar sampai ring itu lepas sendiri.

Dan, alhamdulillah akhirnya beneran lepas sendiri pas di hari ke-14 ketika si kecil sedang mandi. Sakit kah pas ring-nya lepas? Tidak sama sekali. Malahan wangjanim kaget, tiba-tiba copot gitu aja. Kalau diingat-ingat lagi malah lucu, aku ikutan heboh pas dikasih tahu, “Bunda, sudah lepas!

Kata dokter, proses penyembuhan tiap anak bisa jadi berbeda. Ada yang cepet banget, seminggu udah copot. Ada yang lambat, sampai lebih dari 2 minggu. Tapi kebanyakan standarnya 2 minggu kok. Ikuti anjuran dokter aja buat perawatan lukanya.

6. Gimana perawatan pasca khitan?

Gampang banget! Wangjanim kemarin dikasih obat pereda nyeri (ibuprofen) berupa sirup dan antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri. Dua obat ini diminum sampai habis. Untuk perawatan lukanya ada obat tetes antiseptik—yang mencegah luka dari infeksi juga. Satu lagi salep untuk dibalurkan ke bekas luka.

Canggihnya metode modern, karena nggak ada jahitan, jadi nggak perlu untuk lepas jahitan dan sebagainya. Semua konsultasi dilakukan via chat WhatsApp, yeorobun, jadi nggak perlu wara-wiri ke klinik. Perawatannya gampang, karena nggak ada ganti-ganti perban atau apalah. Cuma pakai celana dalam sunat biar nggak kesenggol. Lainnya udah normal seperti biasa.

Ketika mandi atau buang air kecil juga nggak ada masalah. Malah harus dibersihkan tuh pas mandi atau habis BAK, biar lukanya nggak kena kuman-kuman. Yah, intinya perawatan normal seperti biasa, dijaga kebersihannya dan diminum aja obatnya. Karena anak pun tetap aktivitas biasa, main seperti biasa, nggak ada keluhan yang berarti. Seperti itu…

7. Emang lukanya boleh kena air?

Boleh banget! Justru dokter malah sangat menyarankan dan menganjurkan biar kontak langsung dengan air. AIR BIASA, BUKAN AIR DINGIN ATAU HANGAT. Kata dokter, semakin sering kena air justru akan mempercepat proses penyembuhan dan pelepasan ring. Bahkan anaknya juga disarankan berenang atau main air berendam. Kalau mau cepet lepas ring-nya, diajak renang aja anaknya.

8. Ada pantangan makanan?

Nggak ada. Pantangan makan itu cuma mitos ya, yeorobun, sama kayak orang habis lahiran. Tidak ada makanan tertentu yang bikin lukanya jadi nggak sembuh-sembuh atau gatal. Justru kalau bisa anak makan banyak protein, yang nggak cuma bermanfaat buat pertumbuhan tapi juga untuk penyembuhan luka. Anak boleh kok makan ayam, daging sapi, telur, ikan, sayur dan buah. Makanan bergizi akan mempercepat penyembuhan luka dan menjaga imunitas anak tetap prima.

9. Anaknya rewel nggak?

Sempat rewel sebentar, tapi wajar banget ya namanya anak khitan tuh pasti sakit terutama pas efek biusnya sudah habis. FYI, proses khitannya sendiri cuma berlangsung sebentar, sekitar 30 menit total dari mulai persiapan sampai selesai. Selama prosedur ini wangjanim tidak rewel, tidak menangis. Cuma sempat beberapa kali terkejut terutama ketika dibius.

Sampai perjalanan pulang pun wangjanim aman, bahkan langsung mampir ke toko mainan—nagih hadiah ulang tahunnya, hehe. Sampai rumah, efek biusnya habis, nah di situlah gongnya. Nangis banget jerit-jerit yang kesakitan itulah. Salahku, harusnya sampai rumah tuh langsung dikasih minum obat anti nyeri. Tapi terlambat, efek biusnya habis duluan, terus nyerinya datang. Jadilah nangis kejer dia, huhu.

Setelah minum obat, dia ketiduran. Sumpah ini kasian banget nggak tega liatnya. Padahal selama prosedur tuh aku bener-bener mentelengi di samping dokter, sama sekali nggak ambyar dan tetap tegar. Tapi pas anak nangis kejer kesakitan sampai ketiduran duhhh hati rasanya kayak hancur, huhu.

Bangun tidur sakitnya sudah berkurang. Dia nggak nangis, nggak rewel juga. Jadi overall aku bisa bilang kalau selama khitan kemarin nggak ada drama yang heboh dengan si anaknya. Alhamdulillah semua berjalan dengan baik dan lancar.

10. Rekomendasi tempat sunat di Surabaya?

Banyak, yeorobun. Kemarin wangjanim di Mitra Sunatan. Lainnya yang nggak kalah recommended dan terkenal, Safubot, bahkan kalangan artis juga banyak yang pakai jasa klinik satu ini karena cabangnya sudah tersebar dimana-mana—apalagi di kota-kota besar. Untuk rekomendasi lain yang ulasannya oke ada Rabbani Sunat Center, Rumah Sunat Surabaya, Rumah Sunat dr. Mahdian, Rumah Sunat Rabbani Khitan. Kalau mau lebih seru, bisa di Sunatan.com yang ada di dalam mall Tunjungan Plaza.

Tips Persiapan Khitan Anak Minim Drama

Sebetulnya nggak ada tips khusus karena semua tergantung kondisi anak dan orang-orang di sekitarnya. Ada anak yang memang batas toleransi sakitnya sedikit, jadi gampang rewel dan drama. Kadang ada juga, anaknya aman anteng adem ayem, tapi orang tua atau kakek-neneknya yang dramatis.

Kalau kami kami, pilih metode sounding sejak jauh-jauh hari ke wangjanim. Sebagai laki-laki muslim, khitan itu hukumnya wajib dan dia akan dikhitan sebelum masuk sekolah. Alhamdulillah, metode sounding ini bikin anak lebih siap mental. Awalnya memang sempat menolak. Tapi karena sounding terus-menerus, lama-lama dia legowo.

Kenapa milih sounding, bukannya enakan langsung diajak berangkat aja toh dia masih kecil belum ngerti apa-apa? Nah, justru itu alasannya. Meskipun anak masih kecil, tapi kami ingin anak belajar punya kendali penuh atas tubuhnya sendiri. Apapun yang dilakukan ke tubuh si anak harus dia sadari dan tidak dengan paksaan.

Metode ini mungkin tidak cocok untuk diterapkan ke anak lain, karena seperti yang kita tahu, karakter setiap anak itu berbeda dan unik. Ada saudaraku yang kalau di-sounding dari jauh-jauh hari, sudah disiapkan bahkan rangkaian acara syukurannya juga, tapi justru pas hari-H malah keder. Intinya, sesuaikan dengan karakter anak masing-masing.

Yang nggak kalah penting, persiapkan mental orang tua. Ada yang nggak tegaan sama anak? Toss dulu! Suamiku termasuk orang yang nggak tegaan lihat anak disuntik, diinfus, atau dikhitan. Selama prosedur khitan, suami nggak berani lihat sama sekali prosesnya. Jadi beliau yang bertugas ngajakin anak ngobrol dan bercanda. Yang lihat prosesnya dari awal tanpa ada yang terlewat yaa aku.

Persiapan lain yang nggak kalah penting:

  • Celana dalam khitan, awalnya aku kira ini bisa di-skip, tapi ternyata celana dalam khitan sangat membantu yeorobun. Nggak usah banyak-banyak, beli 3-4 pcs cukup, karena bisa cuci, kering, pakai. Sarung anak atau sarung sunat butuh tidak? Tidak terpakai! Malah ribet yeorobun, mendingan pakai celana biasa aja.
  • Mainan atau makanan kesukaan anak, ini yang bisa mengalihkan perhatian anak biar nggak fokus ke luka atau sakitnya.
  • Tasyakuran (tidak wajib dan sangat opsional), kalau sesuai tradisi lokal, biasanya ada acara tasyakuran atau walimatul khitan, terutama yang tinggal dekat dengan sanak famili. Berhubung kami tinggal di perantauan, jauh dari keluarga besar, kami memilih tidak ada acara seremonial khusus seperti itu. Saudara nggak ada yang tahu, bahkan orang tua kami juga nggak tahu kalau cucunya khitan, hehe. Syukuran tetap ada, tapi tanpa mengundang tamu, jadi cukup bagi-bagi makanan aja ke tetangga-tetangga. Trust me, cara ini sangat simpel, nggak ribet dan jauh lebih hemat. 
Kadang yang bikin pengeluaran khitanan anak membengkak itu justru bukan di khitannya, tapi di acara seremonialnya. Betul nggak?

Udah sih itu aja. Kalau ada yang kelewat, insyaAllah nanti aku tambahkan menyusul. Kalau masih bingung, mulailah dengan bertanya ke saudara atau relasi yang sudah pernah mengkhitankan anaknya. Gali pengalaman orang lain, nanti pasti merembet ke pencarian yang lain seperti rekomendasi tempat, biaya, tips-tips sampai metodenya.

Oiya, pilih klinik atau rumah sakit yang sudah approved atau review-nya bagus. Jangan mengabaikan keluhan dari pasien lain, karena sekarang banyak tuh pemberitaan di sosial media yang kurang mengenakkan seperti malapraktik khitan dan sejenisnya.

Saranku, kalau memang nggak ada halangan apapun, mending anak cowok dikhitan sejak masih kecil, kalau perlu sejak masih bayi. So, jangan ragu buat mengkhitankan anak secepatnya ya! Lebih cepat lebih baik. Punya pengalaman khitan anak yang tidak terlupakan? Yuk, share di kolom komentar!

Alfia D. Masyitoh
Lifestyle blogger (since 2020) and content writer who loves EXO Baekhyun and SF9 Chani. Part of EXO-L and Fantasy.

Related Posts

Post a Comment