Sebegitu dekatnya dengan air, seringkali kita tidak menyadari kalau selama ini mungkin kita kurang bijak dalam memanfaatkan rezeki yang satu ini. Jumlahnya memang melimpah di muka bumi, tapi seringkali kita lupa bahwa ketersediaan ‘air yang bisa dikonsumsi’ mungkin saja langka suatu saat nanti.
Padahal, sejatinya bumi ini bukan semata warisan nenek moyang, melainkan titipan anak cucu kita. Kalau air bersih habis, maka kelestarian bumi akan terancam. Lantas, bagaimana kelak nasib mereka?
Bijak Menggunakan Air Berarti Menjaga Kelestarian Bumi
Konon, 71 persen permukaan Bumi adalah air. Sementara daratan hanya mengisi sisanya, yaitu sekitar 29 persen. Total air di Bumi diperkirakan berjumlah 1.386 juta miliar km3 (kilometer kubik). Jumlah ini pun cenderung tetap berkat adanya siklus hidrologi yang terjadi secara alami.
Fakta ini membuat kita mengira, air di bumi tidak mungkin habis, jadi kenapa harus risau tentang ketersediaan air di masa depan sampai-sampai menyangkut pautkan dengan kelestarian bumi? Lebay nggak sih?
Di sinilah masalahnya. Kebanyakan orang tidak menyadari, dalam jutaan miliar km3 air tersebut, sebanyak 96,5 persennya adalah air asin (air laut atau saline) dan hanya 3,5 persen saja air tawar—satu-satunya air yang bisa digunakan untuk hidup. Itu pun sebagian besar tersimpan dalam bentuk gletser dan air tanah, sehingga sedikit saja air tawar yang bisa langsung dinikmati di permukaan.
Memang, saat ini kita hidup dengan air bersih yang melimpah dan mudah didapatkan. Kita bisa minum, memasak, mencuci, bahkan mandi tanpa kendala. Tapi di belahan bumi yang lain, masih ada orang-orang yang kesusahan mengakses air bersih untuk menopang kehidupan sehari-hari. Masih banyak pula air tawar yang tercemar sehingga tidak layak digunakan.
Kabar buruknya, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti pasokan air bersih menjadi langka. Para ilmuwan memperkirakan, jika pemborosan air terus dilakukan, maka suatu saat air akan jadi barang langka. Bumi akan dilanda kekeringan parah dan bencana terjadi dimana-mana.
Dampak fenomena ini akan diteruskan ke berbagai aspek kehidupan mulai dari lingkungan, sosial dan ekonomi, hingga sumber daya. Penggunaan air yang berlebihan akan menurunkan stok cadangan air tanah sehingga kelangkaan air tidak terelakkan.
Tidak hanya itu, menurut World Resources Institute, pemborosan air juga bisa mengganggu keseimbangan ekosistem air dan lingkungan. Makhluk hidup seperti tanaman dan hewan tidak akan bertahan sehingga ekosistem akan rusak.
Lebih jauh, pengelolaan air yang tidak berkelanjutan ternyata turut berkontribusi pada perubahan iklim di bumi. Penurunan stok air yang signifikan akan mengubah pola cuaca dan iklim lokal. Efeknya kehidupan ekonomi masyarakat agraris akan terganggu. Ujung-ujungnya pasokan pangan kita akan berkurang.
Wah, ternyata kompleks sekali! Miris sekaligus ngeri kalau membayangkan efek domino dari pemborosan air. Inilah kenapa menghemat dan menggunakan air secara bijak juga berarti melestarikan bumi.
Dengan menghemat air sebenarnya kita sedang menjaga ketersediaan sumber daya air, mencegah kekeringan dan degradasi lahan, melestarikan ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta mendukung keberlanjutan hidup di bumi bagi generasi mendatang.
Latar belakang panjang inilah yang membuat saya sering ngomel pada anak di rumah. Saya menyadari sepenuhnya, sebagai anak 5 tahun dunianya saat ini hanyalah bermain. Segala sesuatu menjadi media permainan dan belajar. Tetapi di sisi lain, saya gemas sendiri ketika dia terlalu lama bermain-main di kamar mandi. Main perahu-perahuan kertas lah, semprot air sana-sini lah, padahal sudah selesai bersih diri. Buang-buang air, Nak!
Mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan memang penting sekali bagi kesehatan dirinya. Namun saya kurang setuju jika pembelajaran ini dijadikan alasan untuk bisa main-main dan buang-buang air seenaknya dengan dalih ‘gapapa namanya anak-anak masih belajar.’ Justru karena ‘mumpung’ masih belajar, mereka harus dibiasakan untuk membersihkan diri dengan menggunakan air secara bijak. Setuju?
Pemahaman inilah yang berusaha saya tanamkan kepada anak. Bahwa Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan, sehingga kebersihan harus selalu dijaga. Akan tetapi Allah juga membenci perbuatan boros, karena boros sejatinya adalah perbuatan setan. Maka, gunakanlah air dengan bijak. Rasulullah bahkan melarang boros air meskipun dalam hal ibadah, seperti berwudu, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah[2].
Ritual bersih diri tetap harus dilakukan dan diajarkan pada anak sejak dini demi menjaga kesehatan mereka sendiri. Tetapi menjaga kelestarian bumi juga merupakan urgensi yang tidak boleh ditunda demi keberlanjutan tempat hidup mereka nanti.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ‘lestari’ berarti tetap seperti keadaannya semula, tidak berubah, bertahan dan kekal. Kelestarian berarti keadaan yang tetap seperti semula atau tidak berubah-ubah.
Dalam konteks lingkungan, kelestarian bumi merupakan kemampuan mempertahankan kondisi dan keseimbangan ekologis Bumi agar sumber daya alam tetap tersedia, kualitasnya terjaga, dan lingkungan yang dapat mendukung kehidupan generasi sekarang hingga generasi mendatang (Puspitasari & Arifin (2024)).
Dengan kata lain, kelestarian bumi mengandung makna keberlanjutan (sustainability) bumi hingga generasi anak-cucu kita kelak.
Upaya menjaga kelestarian ini meliputi tindakan menjaga keseimbangan ekosistem, mengurangi dampak negatif aktivitas manusia terhadap alam, serta pengelolaan sumber daya secara bijaksana demi keberlanjutan—termasuk sumber daya air yang kita diskusikan di atas tadi.
Sementara, elemen-elemen penting kelestarian bumi meliputi:
- Keseimbangan ekologis
Berarti mempertahankan keseimbangan ekosistem serta keanekaragaman spesies dan peran organisme dalam ekosistem - Sumber daya alam
Memastikan ketersediaan sumber daya penting seperti udara bersih, air, pangan dan bahan baku yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya - Generasi mendatang
Menjamin sumber daya dan lingkungan yang baik akan tetap ada untuk mencukupi kebutuhan generasi mendatang - Pengelolan yang bijaksana
Pengelolaan sumber daya secara bijaksana dan tidak dieksploitasi berlebihan - Perlindungan lingkungan
Meminimalisir dampak negatif aktivitas manusia terhadap lingkungan seperti polusi dan perubahan iklim
Saya yakin, kita semua sepakat jika kelestarian bumi atau lingkungan berkaitan erat dengan kesehatan kita. Kelestarian bumi menjamin lingkungan yang sehat, aman dan nyaman untuk kita tinggali. Karena itulah menjaga kelestarian bumi sama pentingnya dengan menjaga kesehatan diri.
Menariknya, kedua upaya ini bisa kita lakukan secara bersamaan yaitu dengan menjaga kebersihan. Dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, kita sebenarnya sedang menjaga kesehatan fisik dan mental. Di saat yang sama kita juga sedang menjaga bumi agar tetap indah, nyaman dan lestari untuk ditinggali.
Beberapa contoh upaya menjaga kebersihan, sekaligus menjaga kesehatan dan kelestarian bumi yang bisa dilakukan sejak dini yaitu:
Mengelola sampahSeperti membuang sampah pada tempatnya, memisahkan dan mendaur ulang sampah, serta membuat kompos dari sampah organik.
Hemat air dan energi
Caranya dengan menghemat penggunaan air dan listrik; mematikan peralatan elektronik yang tidak terpakai; menggunakan air secukupnya untuk mandi, memasak dan mencuci; serta memperbaiki keran air yang bocor.
Pilih produk ramah lingkungan
Yang pasti dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilih produk biodegradable, dan mendukung produk dari perusahaan yang mengusung konsep sustainable.
Menjaga kesehatan dan lingkungan bersamaan
Seperti menanam pohon, membersihkan selokan dan saluran air, tidak membakar sampah, serta menjaga kebersihan diri agar tetap sehat.
Menerapkan gaya hidup sehat dan ramah lingkungan
Biasakan membawa botol minum sendiri, menggunakan transportasi umum atau bersepeda, rajin jalan kaki, dan menghabiskan makanan untuk mengurangi food waste.
Literasi diri
Selalu belajar dan saling mengingatkan untuk menjaga kelestarian, serta mengajarkan fitrah kebersihan dan keindahan kepada anak maupun keluarga di rumah. Turut aktif dalam kegiatan bakti lingkungan juga mampu meningkatkan kesadaran dan kecintaan kepada bumi.
Kebaikan untuk Bumi dan Diri Dimulai dari Kamar Mandi
Masih dalam rangka menjaga kesehatan diri dan kelestarian bumi. Siapa sangka, kebaikan ternyata bisa dimulai dari sudut rumah yang sering dianggap kotor dan aib, yakni kamar mandi. Kamar mandi rupanya menyimpan banyak cerita. Harus kita akui, kamar mandi memang bisa menjadi sarang bau, kuman dan bakteri. Tapi jika kamar mandi dirawat dan dijaga kebersihannya, ternyata tidak sedikit pula kebaikan yang bisa diceritakan dari benda-benda di dalamnya.
Air Bersih yang Menyegarkan dan Menyehatkan
Pertama, air bersih yang kita gunakan sehari-hari adalah wujud kebaikan untuk diri dan bumi. Air tidak hanya kita butuhkan untuk minum dan memasak, tapi juga untuk mencuci dan mandi. Air ini bukan hanya menyegarkan badan, tapi juga membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di tubuh. Dengan demikian tubuh tetap bersih dan sehat.
Penggunaan air yang bijak dan hemat juga bentuk kebaikan untuk bumi. Dengan menghemat air, kita telah berkontribusi nyata dalam menjaga keberlanjutan sumber daya air. Membuang air limbah kamar mandi dengan bijak juga bentuk kebaikan untuk bumi. Maka, kelola limbah kamar mandi sebaik mungkin agar tidak mencemari lingkungan.
Perabotan yang Didesain Ramah Lingkungan
Kedua, perabotan di dalam kamar mandi yang didesain ramah lingkungan seperti keran dengan aerator, shower dan kloset hemat air, mesin cuci hingga desain kamar mandi yang mendukung sirkulasi udara dan pencahayaan alami.
Selain itu, penggunaan alat-alat mandi ramah lingkungan juga merupakan bentuk kebaikan nyata untuk bumi, seperti sikat gigi bambu, waslap atau handuk katun, sabun organik, loofah sebagai pengganti shower puff, serta produk-produk dengan kemasan daur ulang.
Produk yang Membasmi Kuman namun Ramah Lingkungan
Ketiga, produk yang membasmi kuman namun ramah lingkungan seperti sabun mandi, pasta gigi, sampo dan pembersih lantai. Produk-produk ini menjaga tubuh maupun lingkungan tetap bersih sehat dengan cara membasmi kuman-kuman penyebab penyakit.
Dibuat dari bahan natural dan biodegradable, produk-produk ini diformulasikan khusus agar lebih ramah lingkungan dan limbahnya tidak membahayakan ekosistem karena mudah terurai secara alami.
Kalau berbicara soal produk mandi ramah lingkungan, saya tidak bisa melewatkan produk dari Yuri seperti sabun atau sampo Dee-Dee. Saya yakin teman-teman pasti kenal merek legend satu ini. Dulu, ketika masih kecil saya suka sekali pakai sampo Dee-Dee stroberi. Ada yang sama? Kini setelah punya anak, produk Dee-Dee secara turun-menurun masih setia menemani keluarga kami.
Pengalaman Menarik dengan Sabun Dee-Dee
Saya jadi ingat satu pengalaman menarik ketika hamil beberapa tahun lalu. Sebagaimana umumnya perempuan hamil yang ‘ngidam’ aneh-aneh, saya pun tidak luput dari bawaan bayi satu ini. Di masa-masa awal kehamilan, saya tidak bisa sama sekali kena sabun cuci atau sabun mandi. Setiap mencium aroma sabun pasti selalu mual dan muntah. Pokoknya nggak bisa deh kena bau yang wangi-wangi, semua harus fragrance free!
Alhamdulillah, untungnya semua urusan domestik yang berkaitan dengan wewangian—dari cuci baju, cuci piring, hingga bebersih rumah—berhasil diambil alih suami. Satu masalah utama yang tersisa bagi saya adalah mandi.
Siapa sih yang betah tidak mandi di tengah cuaca teriknya Surabaya? Sudah mandi saja kadang rasanya masih nggak seger, apalagi tidak mandi atau tidak pakai sabun. Wah, tidak terbayang betapa risinya badan setelah beraktivitas dan berkeringat seharian!
Masalahnya, pakai sabun mandi jadi tantangan berat sekali bagi saya kala itu. Sampai suatu hari, suami ngide membelikan saya sabun Dee-Dee. Kalau pakai sabun mandi dewasa mual, coba aja pakai sabun anak-anak siapa tahu cocok, begitu katanya. Awalnya sempat ragu, tapi karena sudah dibelikan suami dan tidak tahan juga kalau tidak mandi, saya pun akhirnya memberanikan diri mandi dengan sabun Dee-Dee.
Ajaibnya ternyata saya tidak mual atau muntah sama sekali. Wah, alhamdulillah! Entah bagaimana penjelasan ilmiahnya. Apakah ini yang dinamakan ‘ngidam dan bawaan bayi’, wallahu a’lam. Yang jelas, sejak saat itu sampai melahirkan saya hanya menggunakan sabun Dee-Dee untuk mandi. Hanya sabun ini yang aromanya masih bisa saya terima.Kriteria Sabun Ramah Lingkungan
Setelah saya pikir-pikir lagi, sabun Dee-Dee memang unik. Sedikit saja diteteskan ke loofah, sudah cukup untuk membersihkan seluruh badan. Busanya tidak terlalu banyak, tapi tetap ampuh membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di badan. Untuk alasan lingkungan, saya lebih menyukai sabun yang tidak banyak busa seperti ini.
Sabun dengan banyak busa, baik sabun cuci maupun sabun mandi, biasanya kurang ramah lingkungan karena zat kimianya lebih banyak. Busa yang banyak juga mencemari lingkungan karena bisa menurunkan kadar oksigen dalam air dan mengurangi kesuburan tanah. Belum lagi formulanya yang tidak biodegradable, sehingga sulit terurai.
Lagipula, banyak busa bukan berarti lebih efektif membersihkan kok. Kata dosen kimia saya dulu, sabun cuci yang busanya sedikit justru lebih efektif mengangkat noda dan harganya lebih mahal daripada yang busanya banyak.
Untuk bisa disebut ramah lingkungan, sabun seharusnya minim busa—namun tetap efektif membersihkan—sehingga mudah dibilas dan tidak menghabiskan banyak air. Selain itu, sabun tersebut haruslah terbuat dari bahan alami atau biodegradable sehingga aman untuk kulit tetapi juga mudah terurai secara alami.
Sabun ramah lingkungan juga harus memperhatikan komposisi fosfatnya karena residu yang mengandung fosfat bisa menyebabkan pertumbuhan alga di air. Akan jauh lebih baik jika sabun tersebut tidak mengandung fosfat sama sekali.
Terakhir, sabun ramah lingkungan juga tidak boleh menggunakan kemasan yang berpotensi mencemari lingkungan, alih-alih dikemas dengan plastik daur ulang, kertas atau kemasan refill sehingga lebih efektif dan tidak menambah tumpukan sampah.
Sabun Dee-Dee memenuhi aspek-aspek di atas. Inilah kenapa untuk alasan lingkungan, sabun Dee-Dee menjadi salah satu produk yang paling saya rekomendasikan.
Bagi anak-anak, sabun Dee-Dee punya aroma yang wangi dan menyegarkan, seperti permen karet, tetapi tidak enek atau menusuk hidung. Pantas saja sabun Dee-Dee begitu disukai oleh anak-anak, termasuk anak kami yang betah sekali mandi pakai sabun Dee-Dee aroma anggur.
Yang tidak kalah menarik, Yuri Indonesia ternyata juga menyediakan produk lain yang dibutuhkan anak-anak secara lengkap, bukan hanya sabun mandi. Mulai dari pasta gigi, sabun mandi, sabun wajah, sampo, lotion anti nyamuk, hingga bedak talcum.
Kenapa Sabun Dee-Dee Disebut Ramah Lingkungan?
Sesuai klaimnya, sabun Dee-Dee memenuhi beberapa aspek untuk disebut sabun ramah lingkungan yaitu:
Formula Biodegradable
Formulasi khusus yang tidak hanya aman bagi kulit anak, tapi juga aman bagi lingkungan. Artinya sabun ini dibuat dari bahan-bahan yang bisa terurai secara alami sehingga tidak mencemari lingkungan.
Yuk, Jaga Kesehatan Diri dan Kelestarian Bumi Bersama Yuri!
Pada akhirnya, menjaga kesehatan diri memang merupakan tanggung jawab masing-masing pribadi. Tetapi menjaga kelestarian bumi merupakan tugas seluruh umat manusia sebagai khalifah di muka bumi. Menjaga bumi tetap lestari sama pentingnya dengan menjaga badan tetap sehat. Maka, menjaga kebersihan diri dan lingkungan menjadi penting demi mewujudkan dua misi ini.
Bersama Yuri Indonesia, kita bisa mewujudkan badan yang bersih dan sehat, sembari menjaga kelestarian bumi demi keberlanjutan di masa depan. Yuri berkomitmen untuk menjaga kelestarian bumi dengan membuat produk-produk esensial sehari-hari yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga ramah lingkungan.
Yuk, jaga kesehatan diri dan kelestarian bumi bersama Yuri Indonesia! Jangan lupa untuk bijak menggunakan air, menjaga kebersihan, dan selalu menerapkan gaya hidup ramah lingkungan! Karena sejatinya semua bisa kita mulai sekarang juga, dari yang paling mudah, seperti mulai dari kamar mandi kita.
Takarir
[1] Syekh Muhammad Mutawalli as-Sya'rawi adalah salah satu ulama tafsir terkenal akhir abad 20an yang berasal dari Mesir. Beliau telah menulis banyak buku, salah satu yang paling terkenal adalah Tafsir as-Sya’rawi (Khawathiri Hawlal Qur’an)
[2] Dari Abdullah bin ‘Amru berkata, “Rasulullah ﷺ melewati Sa’d yang sedang berwudu, lalu beliau bersabda, “Kenapa berlebih-lebihan!” Sa’d berkata, “Apakah dalam wudu juga ada (larangan) berlebih-lebihan?” beliau menjawab, “Ya, meskipun engkau berada di sungai yang mengalir.” (HR. Ibnu Majah: 425)
Referensi
- Dea Puspitasari & Tajul Arifin. Esensi Kelestarian Lingkungan Bagi Keberlangsungan Hidup: Perspektif Hadis dan Undang-Undang Lingkungan Hidup Tahun 2009. Jurnal Media Hukum Indonesia, Vol. 2, No. 3, pp 281-289 (June-September 2024). https://ojs.daarulhuda.or.id/index.php/MHI/index
- Tafsir Surat Al-Anbiya Ayat 30: Air Sebagai Sumber Kehidupan Manusia - https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-anbiya-ayat-30-air-sebagai-sumber-kehidupan-manusia-0gNow (diakses pada 27 Agustus 2025)
- Menjaga Alam, Menghidupkan Hadis: Isu Ekologis dalam Hadis Nabi Muhammad SAW - https://perpus.tebuireng.ac.id/2025/04/18/menjaga-alam-menghidupkan-hadis-isu-ekologis-dalam-hadis-nabi-muhammad-saw/
- Dampak Negatif Pemborosan Air - https://rri.co.id/lain-lain/842250/dampak-negatif-pemborosan-air (diakses pada 28 Agustus 2025)
- INFOGRAFIK: Menghitung Jumlah Air di Bumi... -https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/03/30/133300782/infografik--menghitung-jumlah-air-di-bumi- (diakses pada 31 Agustus 2025)

Post a Comment
Post a Comment