Wingardium Leviosa! It’s levi-o-sa, not levio-sar… Wingardium Leviosa!
Hayo, siapa yang ingat dialog legend ini? Atau mungkin pernah dengar di suatu tempat? Benar sekali! Itulah kalimat yang diucapkan Hermione Granger ketika menegur Ron Weasley yang salah melafalkan Mantra Penerbang di kelas Profesor Flitwick. Mari kita nostalgia sejenak, mengingat kembali kisah fiksi paling legendaris di dunia yang satu ini. Sebuah mahakarya bernama Harry Potter...
Nostalgia, Nonton Harry Potter Lagi Akhirnya
Yeorobun… Jauh sebelum terjerumus ke dalam sekte pemuja oppa-oppa Korea, aku sebetulnya sudah lebih dulu menjadi seorang Potterheads, fans Harry Potter. Semua seri novelnya sudah aku habiskan ketika masih SMP. Begitu pula dengan serial filmnya, aku tamatkan tidak lama setelah seri terakhir dirilis sekitar tahun 2011 silam.
Dulu aku nggak pernah ketinggalan isu-isu apapun terkait Harry Potter ini. Sempat mengoleksi printilan-printilannya seperti poster, pembatas buku, pulpen, kotak pensil sampai photocard dan lain sebagainya.
Parahnya, aku sampai punya buku notes khusus untuk mencatat hal-hal unik dan yang menurutku penting tentang cerita dunia sihir yang sangat fiktif ini. Aku punya catatan daftar mantra-mantra, nama-nama tokoh beserta cast di filmnya, hingga jenis-jenis hewan magis yang pernah muncul atau disebut dalam cerita Harry Potter.
Nah, di tengah gempuran film dan drama Korea yang semakin banyak minta ditonton, kemarin aku seperti mendapat ‘hidayah’ untuk menonton kembali film Harry Potter ini. Seri yang pertama, Harry Potter and The Sorcerer’s Stone. Kalau versi aslinya, di negara Inggris, seri pertama ini diberi judul Harry Potter and The Philosopher's Stone. Setelah masuk ke hollywood, barulah judul internasionalnya diubah menjadi seperti yang kita kenal sampai sekarang. Artinya sama, Harry Potter dan Batu Bertuah.
Fyi, aku sudah beberapa kali ganti laptop, yeorobun. Tetapi ada satu folder yang sama sekali tidak pernah aku hapus, meski sudah berkali-kali ganti laptop. Folder itu bernama Harry Potter Series. Isinya semua seri film Harry Potter.
Sebelum platform nonton online menjamur seperti sekarang (kayak Netflix, HBO, Disney+ Hotstar dan teman-temannya), kan dulu pernah ada masanya, ya, dimana kita bisa download film dari internet. Di situs-situs tertentu semacam LK21. Nah, aku dapetnya dari situs-situs macam itu tuh. Ada yang sama nggak sih, suka download film gitu kayak aku? Aku termasuk golongan yang menikmati adanya fasilitas download film secara ‘haram’ ini, yeorobun. Haha…
/maaf jadi sesi pengakuan dosa yak…/
Gimana sih rasanya nonton Harry Potter lagi setelah sekian lama? Kayak nostalgia. Aku seperti kembali ke masa remaja (ciee elah), ketika pertama kali mengenal jatuh cinta Harry Potter dan baca novelnya.
Nah, kalau kamu termasuk Potterheads sepertiku, atau minimal pernah jadi Potterheads, yuk kita nostalgia dulu, mengenang masa-masa indah bersama Harry Potter ini…
Jadi Fans Jalur Karma
Karma is real! Kalimat itu cocok sekali buatku. Aku jadi fans Harry Potter jalur karma.
Dulu, ketika SMP, aku punya sahabat yang maniak sekali dengan si Harry Potter ini. Dia punya semua seri novelnya. Bahkan, sampai buku-buku pendukung novelnya pun dia punya lengkap! Kamu pernah baca Quidditch dari Masa ke Masa atau Kisah-kisah Beedle Si Juru Cerita atau Fantastic Beasts and Where to Find Them?
Yap! Benar sekali. Beberapa tahun setelah Harry Potter and The Deathly Hallows Part 2 dirilis, tepatnya tahun 2016, Warner Bros dan J.K. Rowling kembali memberi kejutan penggemar dengan merilis film prekuel Harry Potter, bertajuk Fantastic Beasts and Where to Find Them (next, aku singkat Fantastic Beasts ya).
Film ini tidak berdasarkan dari novel, yeorobun. Tetapi buku dengan judul yang sama memang ada. Lebih tepatnya lebih dulu ada, bahkan sejak lama, yaitu tahun 2001.
Fantastic Beasts and Where to Find Them merupakan sebuah guide book yang membahas tentang makhluk-makhluk sihir di dunia Harry Potter, di mana mereka bisa ditemukan, seperti apa karakternya dan bagaimana cara menaklukkannya. Penulisnya siapa? Sama, J.K. Rowling. Cuma, di buku ini sang penulis memakai nama Newt Scamander, persis seperti dalam filmnya yang dirilis tahun 2016.
Mari kita flashback. Diceritakan, setelah lulus dari Hogwarts, Newt Scamander yang jatuh cinta dengan makhluk-makhluk sihir, berkeliling dunia untuk menemukan para magical creatures ini. Newt lalu menulis hasil perjalanan dan penelitiannya ke dalam sebuah buku berjudul Fantastic Beasts and Where to Find Them.
Bertahun-tahun kemudian, ketika Albus Dumbledore menjadi kepala sekolah Hogwarts, buku karya Newt ini dijadikan sebagai buku pelajaran wajib buat para siswa (termasuk Harry Potter) untuk mata pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib.
Nah, buku Fantastic Beasts ini faktanya memang ada di dunia nyata. Menjadi salah satu buku pendamping yang melengkapi novel Harry Potter. Ditulis oleh orang yang sama yaitu J.K. Rowling (walaupun pakai nama pena Newt Scamander).
Indeed, J.K. Rowling ini memang gila sih. Edaaan! Imajinasinya itu lo, keren banget luar biasa! Jadi dia nggak cuma mikirin tentang Harry Potter, tetapi detail-detail di dalamnya juga begitu ditata dengan apik dan cantik, termasuk para makhluk sihir serta buku Fantastic Beasts ini. Suwangarr, kalau orang Surabaya bilangnya. Aku nggak relate deh, levelku beneran nggak nyampe, suerr…!!
Ok, back to jadi fans jalur karma.
Alkisah, sahabatku yang begitu maniak Harry Potter ini yang berhasil mencuci otakku menjadi Potterheads seperti dirinya. Setiap ketemu, hampir selalu ngomongin Harry Potter. Novelnya, filmnya, posternya, printilan-printilannya, bahkan sampai gosip-gosipnya.
Setiap kali cerita, aku selalu menanggapi, “Halah, apasih bagusnya cerita sihir gajelas begini? Kacamatanya lo bulet, jelek. Mukanya jadi kayak kodok!”
Sahabatku hanya menanggapi dengan santuy walaupun aku meledek mati-matian, “Biarin. Bagus kok, aku suka. Coba deh, kamu baca atau nonton sendiri.”
"Ogah!”
Begitulah… Meski setiap hari dicekoki dengan cerita-cerita tentang Harry Potter, aku sama sekali tidak berminat. Nggak tertarik bin nggak nafsu. Malahan, semakin aku dihujani bertubi-tubi dengan teori dan konspirasi seputar dunia sihir, semakin menjadi-jadi ejekan dan ledekanku, haha.
Sampai suatu ketika, hari Sabtu—aku ingat persis hari Sabtu meski lupa tanggalnya tapi tahun 2007—entah dapat bisikan darimana, muncul rasa penasaranku. Hari Sabtu di sekolahku dulu memang jadwalnya full ekstrakurikuler, tidak ada pelajaran. Jadi lebih banyak gabutnya gitu apalagi kalau nggak ikut banyak kegiatan ekskul.
Karena aku nganggur, ekskul sudah selesai, tapi malas pulang atau ngerjain tugas, aku pinjam novel Harry Potter milik sahabatku. Kebetulan dia bawa novel yang seri pertama, Harry Potter and the Sorcerer’s Stone, versi bahasa Indonesia.
/kayaknya emang ini novel tiap hari dia bawa, semacam tahu dan jaga-jaga kalau sewaktu-waktu 'otakku tercuci' juga. Haha.../
Jujurly, awalnya sempat timbul banyak pertanyaan ketika baca novel seri pertama ini. Tahu sendiri kan, dalam satu novel banyak sekali nama tokoh yang disebut, banyak istilah asing, termasuk banyak juga julukan yang dipakai seperti Kau-Tahu-Siapa (You-Know-Who) atau Pangeran Kegelapan (The Dark Lord), Anak Laki-laki yang Bertahan Hidup (The Boy Who Lived) dan lain-lain.
Aku sempat tanya ke si empunya buku, maksudnya apa sih istilah-istilah ini. Dia hanya menjelaskan seperlunya, karena alibinya nggak mau ngasih spoiler. Ok, fine… Berarti emang aku harus cari tahu sendiri dan baca sampai tamat ya.
Singkat cerita, lama-lama aku ngerti juga tuh maksudnya. Mulai bisa mengikuti alur ceritanya. Dan, akhirnya ketagihan. Iya, ketagihan. Nggak bisa berhenti kalau nggak 'The End'. Buku yang saat itu rumit aku pahami itu akhirnya khatam dalam lima hari.
Satu novel selesai. Lanjut ke seri kedua. Selesai. Lanjut lagi seri ketiga, keempat dan seterusnya. Sampai akhirnya tamat lengkap tujuh seri. Wohoo!! Dalam jangka waktu tiga tahun aku berhasil mengkhatamkan ketujuh novelnya.
Kok lama? Ya iyalah lama. Pinjemnya ngantri, yeorobun… Kudu gantian. Maklumlah, zaman itu harga novelnya relatif mahal untuk ukuran anak SMP. Jadi nggak banyak yang punya. Seangkatanku cuma ada 3 orang yang punya koleksi lengkap seri novelnya. Alhasil, novel Harry Potter waktu itu udah kayak bola, dioper sana-sini, saking banyaknya yang antri mau baca.
Ditambah lagi, dari seri keempat novelnya mulai berat kan. Berat jalan ceritanya, berat juga ukuran bukunya. Paling parah seri kelima, 1200 halaman. Seri ini yang paling banyak jumlah halamannya, jadi bacanya pun butuh effort yang lumayan besar dan lama. Tebel banget!!
/saking tebelnya, misal dipakai mukul maling gitu, malingnya pingsan deh keknya… ini buku sampe nggak bisa dibawa satu tangan, berat, jadi kudu digendong dua tangan…/
Beruntung salah satu pemilik koleksi lengkapnya adalah teman se-circle-ku, jadi aku termasuk punya 'kartu prioritas' peminjaman nih, hehe.
Haluin Harry Potter Sebelum Haluin Oppa-oppa
Setelah baca novel pertama, aku mulai keranjingan Harry Potter. Jadi maniak juga seperti sahabatku. Dulu sampai aku bela-belain begadang tengah malam, sampai dini hari, demi baca kelanjutan kisahnya. Makin dibaca, makin penasaran dan makin bikin ketagihan. Sensasinya sama dengan mengikuti drama Korea yang lagi ongoing.
Nah, yang paling bikin tepok jidat nih, sampai halu jadi teman circle-nya si golden trio, yeorobun. Duh! Jadi, jauh sebelum haluin Rowoon, aku sudah lebih dulu halu jadi siswa Hogwarts bareng Harry Potter, Hermione Granger dan Ron Weasley.
Sejak saat itulah aku menjadi Potterheads, fans Harry Potter. Dari yang awalnya begitu tidak suka, aku kena karma, dan akhirnya Harry Potter menjelma sebagai teman dekat yang menemaniku menghabiskan masa remaja.
Sampai sekarang, kisah sihir Harry Potter ini tetap menjadi sumber kesenangan, kehaluan sekaligus inspirasi kala jenuh melanda. Bukunya tetap menjadi buku favorit yang selalu bisa menyihirku untuk menyelami kalimat demi kalimat di dalamnya.
Daku nggak engeh kak ada buku Fantastic Beasts. Semenjak baca Harpot 1-2 udah gak melanjutkan lagi baca buku serinya Harpot maupun yang lainnya, langsung nonton filmnya wkwkkw
ReplyDelete